5 tahapan Transisi
Demografi menurut Blacker (1947)
Menurut Blacker
transisi demografi terbagi ke dalam 5 tahap yang berbeda di mana pada setiap
tahapan memiliki pola yang berbeda, khususnya pada tahap ke 2 dan tahap ke 3
merupakan tahap transisi yang terjadi.
Tahap-tahap dalam
transisi demografi
1.
High stationary
Pada
tahap ini terjadi kestabilan yang tinggi antara tingkat Mortalitas dan tingkat
Fertilitas, sehingga pertumbuhan alami nol atau sangat rendah. Salah satu yang
menjadi penyebab tinggginya tingkat mortalitas adalah akibat adanya wabah
penyaki, perang, gagal panen yang menyebabkan terjadinya kelaparan di berbagai
daerah di dunia, sedangkan pada tingkat fertilitas yang menjadi faktor adalah
kurangnya ilmu pengetahuan yang di miliki pada saat itu sehingga teknologi
kesehatan masih sangat minim,dan hal ini mengakibatkan tingkat kelahiran
masyarakat yang tinggi. Selain itu pengaruh kebudayaan serta kepercayaan bahwa
banyak anak banyak rezeki. Contoh : Eropa abad ke-14
2.
Early expanding (tahap awal
perkembangan)
Pada
tahap awal perkembangan ini terjadi penurunan pada tingkat mortalitas, karena
pada abad ini di temukan antibiotik
oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 (abad ke-19), yang merupakan
penemuan besar dalam teknologi kesehatan, yang menandakan adanya kemajuan dalam
bidang teknologi kesehatan. Serta adanya program Imunisasi, sehingga manusia
memiliki daya tahan tubuh terhadap wabah atau epidemi penyakit. Sementara itu
tingkat fertilitas masih tinggi, hal ini di pengaruhi oleh adanya budaya Pro
Natalis yaitu faham yang menekankan pada jumlah penduduk yang besar merupakan
potensi yang besar untuk menggali dan mengolah sumber-suber yang ada di alam.
Pertumbuhan alami pada tahap ini lambat, contoh : India sebelum perang dunia
II.
3.
Late expanding ( tahap akhir
perkembangan)
Pada
tahap 3 ini tingkat fertilitas menurun sedangkan tingkat mortalitas menurun
lebih cepat dari tingkat fertilitas, hal ini di sebabkan oleh adanya program
KB(keluarga berencana), penggunaan alat kontrasepsi serta meningkatnya
pendidikan wanita. Proses urbanisasi dan industrialisasi juga mempengaruhi
tingkat fertilitas penduduk pada masa ini. Pada tahap Late Expanding
pertumbuhan alami cukup cepat. Contoh : Australia, Selandia baru pada tahun
‘30an.
4.
Low Stationary
Pada
tahap ini tingkat mortalitas dan tingkat fertilitas rendah atau terjadi
stasioner rendah (stabil rendah), semakin meningkatnya kualitas kehidupan
menyebabkan pola pikir masyarakatnya berubah, yang pada awalnya masih menganut
budaya pro natalis pada masa ini sudah mulai berubah. Pertumbuhan alami nol
atau sangat rendah, cntoh : Perancis sebelum perang dunia II.
5.
Declining (tahap menurun)
Pada
tahap ini tingkat fertilitas terus mengalami penunrunan (rendah), akan tetapi
tingkat mortalitas mengalami peningkatan (lebih tinggi) dari tingkat
fertilitas. Mortalitas yang tinggi terjadi akibat adanya degenerative diseases
atau fenomena setres, yang di pengaruhi oleh life style(gaya hidup) masyarakat
pada masa itu. Sehingga tingkat kematian meningkat, contoh : Jerman Timur dan
Jerman Barat pada tahun ’75.
3.Ada
beberapa masalah yang dihadapi negara berkembang dalam pengaplikasian teori
transisi demografi. Jika di eropa penurunan tingkat mortalitas lebih di
pengaruhi oleh pembangunan sosial ekonomi, sedangkan penurunan mortalitas dan
fertilitas di negara berkembang lainnya lebih di pengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti
: peningkatan pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah,
modernisasi, pembangunan, dan lain-lain. Pengaplikasian teori transisi
demografi dapat digeneralisir untuk kelompok masyarakat atau negara di dunia,
meskipun ada sebagian negara yang tidak dapat menerapkan transisi demografi ini
secara menyeluruh. Penerapan transisi kependudukan yang mencerminkan kenaikan
taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital serta laju pertumbuhan penduduknya.
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di berbagai negara berkembang di
sebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Kebanyakan
negara-negara berkembang mengalami fase transisi demografi dimana angka
fertilitas masih tinggi sementara itu angka mortalitas telah menurun. Kedua hal
ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan, sehingga angka kematian
balita menurun dan angka harapan hidupnya meningkat. Setiap negara akan mengalami
proses transisi, baik dalam bidang kesehatan, pendidikan maupun teknologi.
Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat taraf hidup
masyarakat suatu negara.
Di
negara Cina pemerintah pernah memberlakukan sistem yang mengaharuskan masyarakat
di perkotaan hanya memiliki 1 orang anak, kecuali etnis Tibet. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi tingkat fertilitas yang sangat tinggi yang terjadi
di Cina, akan tetapi hal ini menimbulkan suatu masalah baru karena bertentangan
dengan budaya yang ada di sana,di mana anak laki-laki memiliki nilai ekonomi
lebih daripada anak perempuan, jika anak pertama yang dilahirkan perempuan,
masyarakat akan cenderung berkeinginan untuk memiliki anak lagi sampai akhirnya
mendapatkan anak laki-laki, hal ini juga yang menjadi faktor aborsi di cina
cukup tinggi. Dicina banyak anak yang terlantar akibat orang tuanya tidak
menginginkan kelahirannya, sehingga banyak panti asuhan yatim piatu di cina.
Pemerintah cina pernah membuka adopsi anak internasional,akan tetapi hanya sekitar
2% saja anak yang di adopsi. Kebanyakan laki-laki di cina mencari pasangan
hidup di negara lain,karena jumlah wanita di sana lebih sedikit jika
dibandingkan dnga jumlah laki-laki. Di daerah pedesaan marak terjadi penculikan
anak perempuan untuk di jual. Saat ini cina, Sri langka berada pada fase ke 3
pada transisi demografi. Hal ini sangat berkaitan dengan transisi demografi,
bahwa sebuah kebudayaan, tradisi keagamaan sangat berpengaruh terhadap proses
terjadinya transisi demografi. Untuk negara-negara berkembang lainnya yang
tingkat sosial ekonominya rendah, tingkat mortalitas dan fertilitas masih
cenderung tinggi, hal ini karena akibat kelaparan, wabah atau epidemi d wilayah
tersebut. Selain itu fertilitas yang tinggi juga dipengaruhi taraf hidup, misalnya
negara-negara sub-sahara dan timur tengah berada pada tahap II pada fase
transisi demografi. Sedangkan negara yang mengalami konflik, misalnya palestina
saat ini tingkat fertilitasnya rendah dan tingkat mortalitasnya tinggi, yakni
menempati tahap ke 5 pada fase transisi demografi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar