Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari Sisi
Pendidikan di Provinsi Bali
Nama
Kelompok:
1. Jeffry Naek sitorus (12.7198/15 )
2. Musipah (12.7273/21)
3. Novianda Br Ginting (12.7288/22 )
Kelas:
2G STIS 2013/2014
ABSTRAK
Pendidikan
merupakan faktor penting pembangunan manusia. Peningkatan pendidikan
mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam memilih pekerjaan ataupun tentang
kesehatan. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. Kemiskinan
menjadi salah satu kendala untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Dalam perhitungan IPM
pedidikan diukur dari angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah. Bali
merupakan salah satu provinsi yang perekonomiannya sangat ditunjang oleh sektor
pariwisata. Untuk pariwisata di sana diperlukan SDM yang berkualitas maka dari
itu perlunya peningkatan kualiatas pendidikan.
Kata
Kunci : Indek Pembangunan Manusia, Pendidikan, Angka Melek
Huruf, Anggka Partisipasi Sekolah, Angka Putus Sekolah, Bali, HDI, pembangunan,
Sekolah.
Pendahuluan
Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa merupakan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat
secara terpadu dan berkesinambungan. Selain itu keberhasilan pembangunan juga
ditentukan oleh beberapa faktor salah satunya ketersediaan manusia (SDM) yang produktif,
berkualitas dan memiliki skill yang baik sehingga mampu bersaing dalam dunia
global. Untuk memperbaiki kualitas SDM, pendidikan yang baik dan kompeten
diperlukan. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan
suatu bangsa adalah disajikan dalam bentuk indeks pembangunan yang dikenal
dengan istilah Human Development Indeks (HDI). Selain IPM indikator yang di
gunakan adalah IKM( indeks kemiskinan manusia). Pada IKM standar hidup yang
layak di hitung melalui persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih,
fasilitas kesehatan, dan balita kurang gizi.
IPM
diciptakan oleh ekonom Pakistan Mahbud
ul Haq, dan India Amartya Sen pada
tahun 1990. (dibantu oleh para ekonom pembangunan dunia lainnya, Paul Streeten,
Frances Stewart, Gustav Ranis, Keith Griffin). Tujuan eksplisit dari IPM adalah untuk merubah fokus ekonomi
pembangunan dari ukuran pendapatan nasional ke kebijakan-kebijakan yg terpusat
pada penduduk (people-centered
policies) atau kesejahteraan manusia (human welfare). IPM dipublikasikan dlm laporan global tahunan
“Human Development Report”
– HDR oleh UNDP sejak
tahun 1990 sampai sekarang.
Berdasarkan
hasil laporan Human Development Indeks
(HDI) pada tahun 2012, Indonesia berada pada urutan 111 dari 182 negara yang
dilaporkan oleh HDI, dengan nilai IPM sebesar 0,734 meningkat 0,005 dari tahun
sebelumnya. Sedangkan negara dengan IPM tertinngi di tempati oleh Norwegia
dengan IPM sebesar 0,971. Untuk rata-rata lamanya sekolah, Indonesia menempati
urutan 121 naik satu tingkat dari tahun sebelumnya dari 182 negara yang di
laporkan dalam Human Development Indeks
(HDI), yaitu sebesar 12,9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa butuh kerja keras
dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
IPM Indonesia masih tergolong dalam kategori menengah, jika di bandingkan
dengan negara tetangga Indonesia masih jauh tertinggal. Sudah sepatutnya
pembangunan manusia harus memperoleh perhatian yang ekstra di bandingkan dengan
pembangunan yang lebih tertuju pada pembangunan ekonomi. Jika Sumber daya
manusia (SDM) membaik hal ini akan berpengaruh positif terhadap pembangunan
suatu negara.
Provinsi
yang dipilih untuk dianalisis yaitu Bali. Bali merupakan salah satu provinsi
yang perekonomiannya sangat ditunjang oleh sektor pariwisata. Dilihat dalam
pencapaian nilai IPMnya, Bali mempunyai nilai IPM yang tergolong menengah
tinggi di mana pada tahun 2012 menempati rangking 14 dari 33 provinsi yang ada
di Indonesia, dan jika dilihat dari percepatan peningkatan IPM, provinsi ini
merupakan provinsi yang mengalami peningkatan IPM yang lebih cepat bila
dibanding dengan provinsi lainnya. Peningkatan IPMnya sekitar 0,65 dari tahun
2011 ke tahun 2012, yaitu dari 72,84 meningkat menjadi 73,49. Peningkatan IPM
ini meningkat dari peningkatan
sebelumnya pada tahun 2010 ke tahun 2011 yang meningkat hanya sebesar 0,56.
Salah
satu program yang di upayakan oleh pemerintah Bali untuk meningkatkan IPM yaitu
program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), program JKBM ini di terapkan
sejak tahun 2008 dan mendapat dukungan pendanaan dari APBD Bali anggaran tahun
2008 sebesar Rp. 20 Miliyar, pada tahun 2010 APBD yang di anggarkan untuk JKBM
ini sebanyak Rp. 127 Miliyar. Program
JKBM melibatkan 108 Puskesmas non perawatan dan jejaring serta 22 puskesmas
yang mempunyai fasilitas rawat inap, delapan rumah sakit umum daerah, rumah
sakit Indera, Rumah Sakit Jiwa Bangli dan RSUP Sanglah Denpasar sebagai pusat
rujukan. Selain program JKBM ini Gubernur Bali meluncurkan program SIMANTRI, Sistem Pertanian
Terintegrasi, yakni gabungan dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan seterusnya berkaitan dengan pariwisata, penghematan bahan bakar dan
sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penghasilan petani. Di
bidang pendidikan PemProv Bali pada tahun 2010 merintis program wajib belajar
12 tahun setara dengan SMA dan sederajat. Semua program yang di gagas oleh pemerintah
provinsi Bali ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) di Bali sehingga di harapkan agar IPM Bali meningkat untuk tahun
berikutnya.
Upaya
Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Bali
Secara umum pendidikan di provinsi
Bali cukup tinggi, selain itu Bali
termasuk dalam 5 besar provinsi terendah Angka putus sekolah bedasarkan Data
BPS 2013, pada tingkat sekolah dasar provinsi Bali menempati urutan ke 5 yaitu
dengan Angka putus sekolah sebesar 0,39 %
dimana rata-rata Nasional sebesar 0,67%. Pada tingkat SMP Bali berada di
urutan ke 3 yaitu dengan Angka putus sekolah sebesar 0,62 % dengan rata-rata
Nasional 2,21 %, pada jenjang SMA Bali berada pada posisi ke 5 dengan Angka
putus sekolah sebesar 2,20 % dan rata-rata Nasional sebesar 3,14 %. Akan tetapi
pemerintah provinsi Bali terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan
agar menjadi lebih baik. Salah satu
upaya yang di gagas oleh pemerintah provinsi Bali untuk meningkatkan Pembangunan di bidang pendidikan adalah merintis program wajib belajar 12 tahun atau setara tamatan sekolah memengah atas atau
sekolah menengah kejuruan (SMA/SMK) pada tahun 2010, dengan mengalokasikan dana APBD 2010 sebesar
Rp. 125 miliar.
Status
Pendidikan di Provinsi Bali
Tabel 4.1.1 Rata-Rata Lama Sekolah Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2012
Kabupaten / Kota
|
RLS
|
||
(1)
|
(4)
|
||
1.
|
Jembrana
|
7.86
|
|
2.
|
Tabanan
|
8.39
|
|
3.
|
Badung
|
9.47
|
|
4.
|
Gianyar
|
8.90
|
|
5.
|
Klungkung
|
7.43
|
|
6.
|
Bangli
|
6.68
|
|
7.
|
Karangasem
|
5.88
|
|
8.
|
Buleleng
|
7.54
|
|
9.
|
Denpasar
|
10.94
|
|
B A L I :
|
|||
2012
|
8.57
|
||
2011
|
8.35
|
||
2010
|
8.21
|
||
2009
|
7.83
|
||
2008
|
7.81
|
||
Keterangan:
|
|||
RLS =
Rata-rata Lama Sekolah
|
|||
Sumber:
Bali Dalam Angka 2013
|
|||
Tabel 4.1.1 menyajikan
informasi mengenai rata-rata lamanya sekolah ditiap
kabupaten/kota
di provinsi Bali tahun 2012 dan perkembangan rata-rata lamanya
sekolah di provinsi Bali
sejaktahun 2008 hingga 2012. Provinsi Denpasar yang merupakan ibukota provinsi Bali memiliki rata-rata lamanya
sekolah
tertinggi
diantara
kabupaten/kota
lainnya
dengan
nilai 10,94. Artinya,
rata-rata masyarakat Denpasar bersekolah
selama 10-11 tahun.
Kabupaten Karangasem menjadi kabupaten dengan rata-rata lamanya
sekolah
terendah di Bali, bahkan
setengahdari Denpasar, yaitu
5,88. Artinya, rata-rata masyarakat Karangasem menempuh pendidikan selama lima sampai enam tahun. Disisi lain, Badung menjadi urutan kedua tertinggidengan rata-rata lamanya
sekolah
berkisar Sembilan
hinggasepuluhtahun.
Sejaktahun 2008 hinggatahun 2012, Provinsi
Bali terus mengalami peningkatan rata-rata lamanya
seseorang
bersekolah.Pada
tahun 2008, rata-rata
masyarakat Bali hanya bersekolah selama tujuh sampai delapan tahun, dan terus meningkat hingga delapan sampai Sembilan tahun pada tahun 2012. Meningkatnya rata-rata lama bersekolah
tersebut
merupakan
hasil
dari
infrastruktur
Bali yang terus
membaik
dan
kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pendidikan yang semakin
meningkat.
Angka Melek Huruf
Tabel
4.1.2 menyajikan informasi tentang angka melek huruf provinsi Bali menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis kelamin tahun 2012. Dari tabel tersebut secara umum angka
melek huruf di Bali cukup tinggi yaitu sebesar 90,17%, hal ini
menandakan bahwa tingkat buta huruf di Bali rendah.
Jika di lihat berdasarkan
kabupaten/kota, AMH (angka melek huruf)
yang tertinggi di tempati kota Denpasar sebesar 97,46% dan
paling rendah di kabupaten Karangasem sebesar 77,41 %. Angka melek huruf di
Bali sendiri setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi
pada tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar
1,18 % yaitu dari 87,22% menjadi 88,40%. Dan pada tahun berikutnya mengalami
peningkatan berturut-turut sebesar 0,77%
dan 1,00%.
Angka
melek huruf antara perempuan dan laki-laki di Bali berbeda secara signifikant
di mana pada tahun 2012, angka melek
huruf untuk laki-laki secara keseluruhan di provinsi Bali sebesar 95,30% berbeda jauh dengan angka melek huruf untuk perempuan yang hanya
sebesar 85,03%. Hal ini mungkin masih di sebabkan oleh kebudayaan masyarakat di mana anak
laki-laki harus mengecap pendidikan sekolah lebih tinggi di banding perempuan. Pemahaman bahwa
pendidikan bagi perempuan tidak perlu terlalu tinggi karena toh perempuan
nantinya akan kembali ke sumur, dapur dan kasur, kemudian biaya pendidikan yang
masih sangat mahal serta juga ada beberapa daerah yang secara geografis sangat
sulit dijangkau menjadi kendala dalam dunia pendidikan. Hal tersebut yang
membuat proporsi angka melek huruf laki-laki dan perempuan berbeda secara
significant. Perbedaan paling besar terlihat jelas di kabupaten Karangasem, di
kabupaten ini laki-laki yang melek huruf sebesar 86,61 % dan perempuan yang
melek huruf hanya 68,30 %.
Angka partisipasi
sekolah
Angka
Partisipasi Sekolah (APS) Provinsi Bali Menurut Kelompok Usia dan
Kabupaten/Kota Tahun 2012
|
|||||||||||
School
Participate Rate in Bali Province by Age Group and Regency/City, 2012
|
|||||||||||
Kabupaten/
|
Klp. Usia / Age Group
|
Klp. Usia / Age Group
|
|||||||||
Kota
|
7 - 12 Th
|
13 - 15 Th
|
|||||||||
Regency/
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Lk + Prp
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Lk + Prp
|
|||||
City
|
Male
|
Female
|
Ml + Fml
|
Male
|
Female
|
Ml + Fml
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
|||||
1.
|
Jembrana
|
97,75
|
100,00
|
98,89
|
95,82
|
97,88
|
96,93
|
||||
2.
|
Tabanan
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
96,45
|
86,63
|
91,92
|
||||
3.
|
Badung
|
99,36
|
99,20
|
99,29
|
94,85
|
95,49
|
95,23
|
||||
4.
|
Gianyar
|
99,39
|
98,71
|
99,07
|
97,93
|
97,18
|
97,54
|
||||
5.
|
Klungkung
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
97,75
|
89,18
|
93,84
|
||||
6.
|
Bangli
|
100,00
|
99,14
|
99,61
|
95,22
|
84,32
|
89,86
|
||||
7.
|
Karangasem
|
99,17
|
98,54
|
98,86
|
97,82
|
93,91
|
95,92
|
||||
8.
|
Buleleng
|
97,99
|
98,06
|
98,02
|
95,67
|
96,51
|
96,07
|
||||
9.
|
Denpasar
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
93,77
|
96,41
|
95,13
|
||||
B A L I
|
99,23
|
99,16
|
99,20
|
95,99
|
94,33
|
95,15
|
|||||
2011
|
98,56
|
98,32
|
98,45
|
92,01
|
92,46
|
92,22
|
|||||
2010
|
98,73
|
98,65
|
98,69
|
91,37
|
86,90
|
89,26
|
|||||
2009
|
98,55
|
98,48
|
98,52
|
90,40
|
85,96
|
88,34
|
|||||
2008
|
98,44
|
98,13
|
98,29
|
89,94
|
84,24
|
87,24
|
|||||
Kabupaten/
|
Klp. Usia / Age Group
|
Klp. Usia / Age Group
|
|||||||||
Kota
|
16 - 18 Th
|
19 - 24 Th
|
|||||||||
Regency/
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Lk + Prp
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Lk + Prp
|
|||||
City
|
Male
|
Female
|
Ml + Fml
|
Male
|
Female
|
Ml + Fml
|
|||||
(1)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
(8)
|
(9)
|
(10)
|
|||||
1.
|
Jembrana
|
79,65
|
68,77
|
74,79
|
7,95
|
5,31
|
6,54
|
||||
2.
|
Tabanan
|
61,94
|
63,93
|
62,86
|
10,48
|
5,69
|
8,19
|
||||
3.
|
Badung
|
89,23
|
76,81
|
83,27
|
20,04
|
24,63
|
22,31
|
||||
4.
|
Gianyar
|
89,64
|
79,50
|
84,55
|
28,15
|
21,66
|
24,99
|
||||
5.
|
Klungkung
|
69,59
|
73,55
|
71,29
|
17,52
|
6,41
|
11,36
|
||||
6.
|
Bangli
|
47,46
|
33,96
|
41,99
|
9,54
|
9,67
|
9,61
|
||||
7.
|
Karangasem
|
53,46
|
51,00
|
52,45
|
9,66
|
2,21
|
6,16
|
||||
8.
|
Buleleng
|
73,72
|
65,69
|
70,24
|
23,74
|
23,07
|
23,39
|
||||
9.
|
Denpasar
|
73,08
|
73,69
|
73,38
|
23,23
|
22,61
|
22,91
|
||||
B A L I
|
72,71
|
68,53
|
70,80
|
19,48
|
17,78
|
18,62
|
|||||
2011
|
72,34
|
65,42
|
68,91
|
20,28
|
15,49
|
17,83
|
|||||
2010
|
67,33
|
63,01
|
65,22
|
-
|
-
|
-
|
|||||
2009
|
66,76
|
60,53
|
63,75
|
-
|
-
|
-
|
|||||
2008
|
65,28
|
59,92
|
62,71
|
-
|
-
|
-
|
|||||
Catatan / Note :
|
Lk/Ml = Laki-laki/Male
|
||||||||||
Pr/Fml =
Perempuan/Female
|
|||||||||||
Sumber
: Badan Pusat Statistik
Provinsi Bali
|
|||||||||||
Source
: BPS - Statistics of Bali
Province
|
|||||||||||
Tabel 4.1.3 menyajikan informasi
tentang persentase Angka partisipasi sekolah (APS) provinsi Bali menurut
kelompok usia dan Kabupaten/kota tahun 2012. Dimana dapat kita lihat bahwa APS
tiap Kabupaten/kota di bali sangat tinggi, APS yang tertinggi berada pada
kelompok umur 7-12 tahun yaitu sebesar 99,20 %. APS sangat tinggi di karenakan
adanya program wajib belajar 9 tahun yang di terapkan oleh pemerintah
Indonesia, jenjang pendidikan yang diikuti oleh kelompok umur 7-12 tahun ini
yaitu jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Sekolah Lanjutan
Pertama (SMP). Pada kelompok umur 7-12 tahun APS laki-laki lebih tinggi dari
pada APS perempuan, meskipun perbedaan diantara keduanya tidak terlalu
signifikan. Secara keseluruhan APS laki-laki lebih tinggi dari APS perempuan
hal ini karena masih tingginya budaya yang mendahulukan laki-laki. Sedangkan
APS yang terendah berada pada kelompok umur 19-24 tahun yaitu sebesar 18,62 %.
Umur 19-24 merupakan usia produktif untuk bekerja, kebanyakan orang memilih
lansung bekerja setelah menempuh pendidikan SMU atau SMK, sehingga APS pada
kelompok umur ini tergolong rendah. Selain itu Bali merupakan Kota wisata yang
sudah Terkenal dalam dunia Internasional sehingga lapangan kerja yang tersedia
cukup banyak, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Bali, dan
kelompok umur 19-24 tahun merupakan usia yang siap untuk bekerja.
Pada kelompok umur 16-18 tahun
terlihat bahwa terdapat perbedaan APS antar kabupaten/kota di provinsi Bali,
terutama di kabupaten Bangli yaitu sebesar 41,99 % yang merupakan APS terendah
dari 9 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Yang menjadi penyebab karena
kurangnya jumlah sekolah di daerah Bangli, jumlah sekolah menengah umum di
Kabupaten ini hanya ada 9 sekolah yang terdiri dari 5 sekolah negeri dan 4
sekolah swasta, sedangkang sekolah Madrasah Aliyah tidak ada di kabupaten
Bangli. Jumlah siswa SMU sebanyak 3186 orang, sedangkan jumlah pengajar hanya
325 orang. Hal ini menjadi salah satu kendala mengapa APS di Kabupaten Bangli
pada kelompok umur 16-18 tahun berada di bawah 50 %. APS yang tertinggi pada
kelompok umur 16-18 tahun di Gianyar sebesar 84,55%, jumlah Sekolah menengah
kejuruan di Gianyar cukup banyak yaitu 27 sekolah dengan total murid 11.730
siswa dan 1320 guru.
Kesimpulan
Salah
satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu
wilayah adalah Indeks Pembangunan Manusia, maka sangat perlu untuk mengkaji
berbagai aspek penyusunan dari IPM salah satunya pendidikan. Supaya hasilnya
benar-benar dapat digunakan untuk membantu perencaaan pembangunan suatu
wilayah, maka perlu melibatkan semua stakeholder dari daerah yang bersangkutan. Salah satu upaya yang di gagas oleh pemerintah provinsi Bali untuk meningkatkan Pembangunan di bidang pendidikan adalah merintis program wajib belajar 12 tahun atau setara tamatan sekolah memengah atas atau
sekolah menengah kejuruan (SMA/SMK) pada tahun 2010, dengan mengalokasikan dana APBD 2010 sebesar
Rp. 125 miliar.
daftar pustaka
www.bps.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar